Kenapa di dada ini terasa sesak dan pilu. Aku tidak ingin meratapinya, namun tetap saja rasa pilu ini sungguh menyesakkanku. Bukan kah sebuah keluarga itu menerima keadaan salah satu anggota keluarganya meski keadaanya tidaklah sempurna ? Aku belajar dari keluarga yg sederhana, bahkan terlihat tidak mampu, mereka saling menguatkan saat tertimpa kesedihan. Dan kenapa.. yang aku pikir keluarga tempat ternyaman bagiku, mereka sama saja. Mereka seakan terlihat kecewa dan tidak menyukai akan keberadaanku yg 'berbeda'.
Apa yg aku pilih akan sudah ku tahu resikonya, tapi tak bisakah sedikit untuk keluarga saja lebih mengerti keadaanku yg seperti ini ? Yang aku harapkan bukan tatapan sinis seorang ibu kepada anaknya. Jika saja keluarga ku sendiri sudah tidak menyukaiku, bagaimana dengan keluarga lainnya yg sudah tidak menyukaiku. Aku harus berteduh kemana lagi ? karena yg ku punya hanya ayah dan ibuku. Aku juga tidak ingin menyusahkan orang lain. Aku bimbang. Berkali - kali aku hampir di titik menyerah. Berkali - kali aku harus berfikiran untuk mengakhiri semuanya. Yang aku takutkan bagaimana masa tuaku nanti ? Aku takut kesendirian, bila nanti harus sendiri. Akan aku jalani... karena ini pilihanku.
Tatapan itu membuatku sesak.
Mereka tidak begitu tahu bahwa aku ini sangatlah pemikir. Aku tahu betul ini tidak baik menjadi kesehatanku. Tak apa... Aku menyukainya, sungguh aku menyukainya. Aku berulang kali ingin mengakhiri hidupku, namun aku masih memegang teguh Allah benci dengan orang-orang seperti itu. Maka aku selalu urungkan niatku untuk mengakhiri hidup. Aku bingung harus bercerita kepada siapa lagi, pastinya orang lain hanya ingin menjadi pendengar saja.
Aku begitu belajar banyak dari orang pinggiran. Entah kenapa, mereka bisa menerima keadaan apapun. Aku punya banyak mimpi, tetapi mimpiku selalu terbentur realita. Bersusah payah dulu untuk mewujudkannya. Aku punya banyak keinginan, aku punya banyak kemauan, namun keluarga dan orang-orang terkasihlah perioritasku. Hingga kini, sesering kali kepala terasa pusing karena terlalu banyak yg di pikirkan.
Dari yg ku lihat realita, mayoritas anak-anak mereka yg sudah besar lebih memilih meninggalkan orang tuannya dan mencari kehidupan sendiri. Tapi aku takkan ingin dan takkan seperti itu. Dan ini pula alasan ku kenapa aku tak punya niatan untuk menikah. Kasihku, hidup dan matiku untuk orang tuaku. Aku takkan meninggalkan mereka selagi aku masih hidup. Namun, apalah daya.. Mereka tak paham maksudku, hingga mereka menjadi sinis kepadaku. Mereka tak paham pedih rasanya di anggap orang asing oleh orang tua senditi. Ya Tuhan... ini yg membuatku tak begitu bersemangat untuk hidup. Dalam keluarga aku di benci, di luar lingkungan aku di benci. Lantas, aku harus kemana sampai akhir tuaku ? Aku begitu takut akan hari tua. Takut aku sendiri...tak ada teman.
Jika nanti ntah siapapun yg membaca tulisan kusam ini. Ntah keluargaku sendiri mengetahuinya. Ketahuilah... Aku memilih seperti ini karena aku bahagia menjadi seperti ini, dan yg menjadikanku sedih adalah perilaku kalian.