Perkara Hati
Lagi lagi aku menuliskan cerita tentang sedihku, tentang risauku. Aku ingin sesekali menulis tentang rasa bahagia. Apa aku tidak boleh merasakan itu ? ah tentu saja Tuhan sangat memperbolehkan itu kan ? lalu kenapa bagiku sulit untuk menulis cerita seperti itu. Apa karena aku mencintai 'sesamaku' ?
Salahkah itu ? Ini perkara hatiku, hati yang berbeda dengan orang lain.
Aku mencintai dia, dia sungguh-sungguh aku cinta. Semua aku upayakan hanya untuknya, hanya kebahagiaannya. Namun, kenapa dia tidak sama seperti ku ? paham kah dia akan aku ? Memperhatikankah dia atas tentang aku dan diriku ? Dan siapa yang hatinya inginkan ? Jika bukan aku sebagai prioritasnya ?
Aku tak ingin berbagi sedih ini disini, hanya saja aku sudah tak tahan menahan sedih yang tak kunjung ada habisnya. Hanya memperkarakan masalah hatinya berulang - ulang. Ini terjadi lagi, aku sudah pernah merasakan perih ini tapi aku masih saja melakukannya. Jika di tanya bosan kah ? aku sangat lah bosan, dan aku lebih bosan harus disuruh mencari yang benar-benar ingin hidup denganku karena takkan ada habisnya aku mencari. Tersakiti berulang-ulang aku pun lebih memilih itu daripada mencari yang baru, menjalani dengan orang baru.
Mestinya aku sudah sadari, betapa perihnya cinta tanpa balasan. Ya, awalnya tanpa balasan. Itu pastinya melukaiku lagi dan lagi. Namun, aku relakan diri untuk itu. Aku begitu memahami diriku, aku takkan pernah dijadikan kekasihnya seutuh mencintai.
Tetapi, harus sampai kapan aku begini ?
Aku pun sama seperti mereka, ingin bahagia. Ingin hidup bersama selamanya dengan yang aku cintai. Hanya, dia yang kucintai tak pernah memahami ini. Ini alasanku mengupayakan dirinya. Aku hampir putus asa, aku hampir bersedih hebat, aku hampir mengakhiri hidup ini ketika aku sangat kelelahan menghadapi sendiri. Bagaimana tidak ? Berkali-kali aku jelaskan maksudku tapi dia tak pernah mengerti.
Sekali lagi aku harus berkata."aku kelelahan sayang".
Kelelahan tak merasa utuh bersama cinta.
Koko | 1/4/2016
0 comments