Aku yg arogan, Nikmat-Nya, dan aku yg sekarang
Aku lelaki yg masalalunya pernah sedih, pernah terpuruk, pernah kecewa saat di tolak maupun di kecewakan oleh cinta. Kegalauan hebat pernah aku rasakan, semenjak aku pernah mencintai wanita pertama kalinya. Aku sempat pernah menjadi remaja yg norak, jika ingat saat itu aku sungguh malu karenanya. Aku seperti seseorang yg bodoh, mengemis cinta kepada wanita yg memang benar-benar tak mencintaiku. Berharap dia terus bertahan denganku, segala cara aku lakukan untuknya percaya kepadaku bahwa aku mampu membahagiakannya. Dan inilah caraku....
Rasanya aneh bila tidak membuatnya tersenyum atau tertawa, aku lebih menyukai menjadi badut untuk menghiburnya daripada harus bermelankolis. Hadiah-hadiah juga sering aku berikan kepadanya jika aku teringat akan kesukaannya. Tak ada yg spesial memang, itu adalah hal yg wajar saja. Inilah sebentuk hatiku untuknya, berusaha setia menjadikannya satu-satunya di hati. Banyak wanita datang dan pergi silih berganti karena sesering aku menolak orang baru demi mempertahankan dia yg terlebih dahulu datang ke hatiku.
Dan saat aku di kecewakan hebat, setelah aku melakukan semua untuknya. Aku yg di khianati olehnya, aku pernah menjadi orang yg tak beretika. Aku menghujat dia yg sempat menjadi bagian hidupku, dan jika mengingat itu aku juga malu. Kenapa aku tak pernah mendewasa ?? Semakin berjalannya waktu, dan semakin sering aku di kecewakan. Aku tak ingin menjadi aku yg arogan, aku mencoba menahan diri untuk menjadi yg lebih baik, lebih dewasa dalam bersikap. Dengan sendirinya pemikiran-pemikiran rasional itu muncul di pikiranku. Dan pertama kalinya juga, aku berusaha bersikap lebih netral saja waktu di khianati, toh dia yg mengkhianati pernah aku sayangi dan pernah aku puja. Lantas, kenapa harus memusuhinya ? bukan kah lebih baik berdamai dengan diri sendiri ? memaafkan kesalahannya, namun cukup sekali saja di kehidupannya ??
Semakin kesini, pemikiran-pemikiran itu merubahku. Merubah menjadi lebih baik, mendamaikan hati dan perasaan kecewa. Lebih banyak memberi kasih kepada mereka yg menyakitiku, mungkin saja mereka kurang memiliki kasih seperti aku mengasihi mereka. Begitu Allah mengajarkan, saling mengasihi sesama umat. Aku terimakasih untuk rasa kecewa, penghianatan, rasa terluka dll. telah mengajariku banyak arti untuk berdamai dengan diri sendiri. Dari situ kita bisa lebih menghargai orang lain.
Banyak-banyak mensyukuri Nikmat pemberian Allah s.w.t, berfikir semuanya adalah hadiah untuk jadi lebih baik. Maka tidak ada yg merasa terluka satu sama lain.
Salam,
with love
KOKO 12/05/2016
0 comments