Aib atau Reality ? ( Menurutmu )
Hari ini saat saya menulis blog, saya sedang kesal. Perasaan amarah yg akan tertuang cerita ini. Semua di mulai saat saya menjalin hubungan dengan kekasih baru saya. Ini jengkel bukan karena perkara cinta, namun bagiku ini perkara manusiawi, perkara kehidupan seseorang. Memang saya disini tidak berhak untuk ikut campur, tetapi saya yang tidak punya peran di dalamnya saja merasa kesal dan jengkel jika melihat perilaku seperti 'itu'. Itu yang bagaimana maksudnya ? Oke, Saya akan jabarkan.
Yang aku tahu bukankah seorang Ayah itu menyayangi anak-anaknya ? Seharusnya seperti itu kan ?
Namun, ini lain cerita dari seorang bapak yang ntah seperti me-anak-tirikan Anak Perempuanya yg ke tiga. Aku tidak ingin berbicara aib, tapi inilah yang terjadi sepanjang saya melihat kekasih saya. Saya sudah berusaha ingin membantu nya untuk menjadi apa yg Dia mau. Sekuat saya berfikir, memberikan Dia pandangan-pandangan realita hidup, agar dia paham bagaimana realita. Ya, realita akan sifat bapaknya itu. Saudara-saudaranya pun tak ada yg mendukung keinginan adiknya itu. Toh, Ayah saya saja lebih memilih tidak mengusik kehidupan anaknya. Ayah saya mengajarkan untuk anaknya peka dengan sendiri. Saya pernah bisa di bilang durhaka, namun saya mengerti saat saya melihat ke belakang ketika Ibu saya terserang angin duduk dan hampir sekarat. Disitu saya lebih bisa menghargai Beliau, dan tetap saya mendukung benar dan adil. Bukan yg salah.
Bapak yg satu ini, sering kali memaksakan kehendaknya terhadap anak perempuanya itu. Dari barang material dan perasaan anaknya pun di abaikannya. Bagiku heran saja, ada Bapak dan saudara-saudara seperti itu. Yang ku tahu, Keluarga lebih penyayang dibanding orang lain, tetapi ini tidak.
Kejadian-kejadian tidak enak sering saya lihat, saat saya mengingap di rumah kekasih saya. Kekasih saya bagaikan seorang 'babu' di rumah sendiri. Miris. Saya ingin menolongnya, dan lagi lagi saya tidak berhak mengurusi hidup keluarga lain. Toh saya belum siapa-siapanya mereka. Tak tahan rasanya melihat. Pilu.
Jika ini di bilang lagi 'aib'. Ini bukan aib, ini kenyataan. Saya tidak tahu harus bagaimana, berbicara kepada siapa juga tidak paham. Tidak ada yang mengerti. Toh semua hanya ingin tahu, bukan ingin membantu.
Haruskah hidup anak perempuanya yg satu harus terluka karena perbuatan-perbuatan keluarga nya sendiri ?
Jika boleh hajar, saya ingin menghajarnya dan mengatakan bahwa 'anakmu tertekan karenamu'.
Keluarga nomor satu memang, tapi untuk keluarga yg saling mendukung satu sama lain. Bukan sebuah keluarga yg ingin membunuh keluarganya sendiri.
Dan saya membenci kekerasan dan ketidak-adilan.
Semoga kamu selalu baik-baik saja kekasih.
0 comments