Perasaanku sedang ingin memberontak. Tak ada jalan pikiran yg ditawarkan kepadaku. Berupaya sekuat apapun tetap tak pernah sebanding, usaha-usaha yg dulu akan sama kalahnya seperti saat awal. Dan yg di upaya kan tetap kan pergi meski aku meminta untuk tidak. Hati ku makin berkecamuk dan menjerit saat melihat yg seperti juga merasakan hal yg sama. Bukan kah aku, mereka sama manusianya ? Sama memiliki hati walau hati ini sedikit berbeda ?
Merengek dalam diam yg bisa aku dan mereka lakukan. Hanya berusaha mengikhlaskan meski sulit. Seperti salah satu teman seperjuangan ku berkata, yg kita upayakan juga hidupnya harus berlanjut. Ya, memang sepertinya harus begitu dengan meninggalkan yg pernah dicintainya. Cinta yg salah (mungkin), walau bagiku tak pernah salah.
Aku makin teriris lagi jika pada akhirnya aku tidak bisa memberikan kebahagiaan kepada orang tua terkasih. Aku hanya memberi luka yg teramat dalam atas pilihanku. Aku bingung, aku di ambang menyerah.
Haruskah aku merelakan atau memilih tetap berperang sampai akhir ?
Yang pada akhirnya juga, dia yg aku upayakan memilih sendiri jalan pulangnya.
Aku terasa tergantung, siksa yg tak kunjung ada habisnya. Aku seperti tersalip tapi tak bisa mati. Tergantung di tengah-tengah pilihan atau hukum alam.
Aku pun tak tahu akan berakhir yg seperti apa. Yg jelas untukku, inilah pilihanku. Mati atau lanjut.
With love,
K |28/06/2016